Rabu, 12 Oktober 2011

Pencegah Turunnya Hikmah


Allah berfirman “barang siapa yang diberi hikmah oleh Allah, maka dialah orang yang diberi banyak kebaikan“. Seorang alim Yahya bin Muadz, beliau berkata:

تهوى الحكمة من السماءولاتنزل على قلب و فيه أربعة خصال:الركون الدنيا,الهمّ الى غد,حسد لأخ, حب الشرف والمنزله

Artinya: “Hikmah turun setiap saat dari langit, dan tidak turun kepada hati yang didalamnya terdapat empat sifat: bersandar pada dunia, panjang angan-angan, hasud kepada saudaranya, cinta kedudukan dan jabatan“.
Bersandar kepada dunia
Seseorang yang bersandar kepada dunia yaitu orang yang dalam pikirannya hanya memikirkan dunia, apa yang dicita-citakan hanya masalah duniawi. Padahal dunia dihadapan Allah adalah sesuatu yang hina, sedangkan orang yang bersandar kepada dunia memikirkannya setiap saat.  Sabda Rasulullah:

لوكانت الدنيا تعدل عندالله جناح بعوضة ماسقى كافرا منها شربة ماء

Artinya: ” jika seumpama dunia, memiliki kedudukan disisi Allah seberat sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum orang-orang kafir”.
Dari hadist tersebut kita ketahui betapa tidak berharganya dunia di sisi Allah, hingga orang-orang kafir, orang syirik, orang yang tidak ibadah dipersilahkan untuk bergelimang dengan dunia. Hanya karena suatu suatu perkara yang tidak lebih berat dari sayap nyamuk. sholat ditinggalkan, putus silaturrahim, ukhuwah pecah, hanya karena perkara dunia. Bagaimana mungkin Allah tidak murka terhadap hambanya yang lebih mementingkan dunia daripada taat kepada-Nya.  Maka dari itu, cinta kepada dunia adalah salah satu hal yang mencegah turunnya hikmah, yang merupakan ilmu yang haqiqah dalam hati seorang mukmin. Mari kita berusaha untuk tidak menyandarkan diri kita kepada dunia. Kalau kita sedang memikirkan dunia, coba kita alihkan pikiran kita untuk hal yang lebih bermanfaat, mengaji, menuntut ilmu. Jangan biarkan hati kita terusik bahkan teraniaya oleh dunia.




Panjang angan-angan
Yaitu orang-orang yang berpikiran panjang hingga ia lupa akan persiapan kematian. Ia memikirkan dunia hingga bertahun-tahun kedepan. Misalnya orang yang menerima pinjaman dalam jangka waktu lama, seolah-olah ia yakin bahwa ia 15 tahun lagi masih hidup, padahal 15 hari lagi saja belum ada jaminan ia masih hidup. Riwayat menceritakan, sahabat Rasulullah Sayyidina Usamah pernah membeli suatu barang dengan sistem hutang, misalnya saja dibayar satu bulan lagi. Ketika hal tersebut disampaikan kepada Rasulullah, Rasulullah bersabda ”Inna usamah lathaala ’amaluhu” ”sesungguhnya usamah panjang angan-anganya”.

وَمَامِنْ دَابَّةٍ في الأرض إلا على الله رزقها

”tidak ada makhluk yang ada di bumi ini, kecuali rizqinya diatur oleh Allah”.
Apa yang menjadi rizki kita bukanlah urusan kita, melainkan telah diatur oleh Allah. Apa yang datang dan apa yang pergi itu sudah ditentukan oleh Allah. Imam Abdullah bin alawi al-Haddad menyatakan:

والَّذِيْ لغيرك لم يصل اليك والَّذِي قسم لك حاصل لديك

“Dan apa saja yang bukan untukmu maka tidak akan pernah sampai padamu, dan apa saja yang telah ditetapkan untukmu niscaya akan sampai kepadamu”
Jika sesuatu itu memang bagian rezeki kita, meskipun kita tidur niscaya ia akan sampai pada kita, meskipun tidak semangat, rizki tersebut akan sampai kepada kita kalau Allah telah menentukan itu sebagai bagian anda. Tetapi jika itu bukan bagian rezeki kita, meskipun kita berusaha keras dengan cara apapun, niscaya ia tak akan sampai kepada kita.
Maka itu kita dianjurkan untuk tawakkal, dan tidak berlebihan dalam memikirkan apa yang akan datang.
Hasud atas Saudaranya
Orang yang hasud yaitu orang yang jika saudaranya sesama muslim mendapat kenikmatan, maka ia tidak ridha atas hal tersebut. Ini adalah salah satu sifat yang mencegah turunnya hikmah kedalam hati seseorang. Sesorang yang sakit hati karena hasud dapat terdorong untuk melakukan hal-hal yang diharamkan. Parahnya, orang yang hasud boleh jadi terdorong untuk datang ke dukun (falia’udzubillah) hingga ia terjerumus kedalam syirik karena kedengkian dalam hatinya. Hingga karena syiriknya ia mati dalam keadaan su’ul khotimah (na’udzubillah).

من سحرفقد اشرك باالله

Artinya: ”barang siapa bermain perdukunan, berarti ia telah syirik kepada Allah”.
Dalam riwayat lain dinyatakan bahwa tiga golongan orang yang tidak akan masuk surga, salah satunya adalah orang yang membenarkan atau percaya kepada sihir. Orang yang hanya percaya saja tidak dapat masuk surga, bagaimana dengan orang yang bermain dengan sihir?. Semua ini sumbernya adalah hasad/dengki hingga ia tidak akan pernah mendapatkan hikmah kedalam hatinya.
Untuk melatih hati kita agar tidak termakan hasud, bisa dengan cara menambahkan nikmat kepada orang yang kita iri. Misalnya saja, tetangga kita membeli sepeda motor baru, ketika hati mulai termakan hasud, apa yang harus kita lakukan? ambil lap! Bersihkan sepedanya. Hancurkan nafsu yang mendorong hasud itu! Itulah salah satu cara mengobati hati yang termakan hasud. Cara kedua adalah jauhi bergaul dengan orang-orang yang memancing kita untuk hasud.
Cinta Kedudukan dan Jabatan
Sayyidina Ali bin Abi Thalib memberikan contoh bagaimana beliau menjaga dirinya dari cinta kedudukan, cinta jabatan, cinta pujian. Rasulullah memuji kepandaian sayyidina Ali dengan bersabda:
انا مدينةالعلم وعلي بابها
“jika aku adalah kotanya ilmu, maka Ali-lah pintunya”
Mendapat pujian yang begitu mulia dari Rasulullah (Rasulullah tidak pernah memberikan pujian itu kepada sahabat lain kecuali sayyidina Ali) tidak membuat beliau (Sayyidina Ali) besar hati melainkan beliau tetap tawadhu’. Bahkan dalam riwayat dinyatakan ketika beliau dipuji orang, beliau mengambil tanah lalu dilemparkan kepada orang yang memujinya, dikatakan “engkau tampar wajahku itu lebih afdhal dari pada engkau memujiku, karena pujian itu merusak hati”. Hakikat pujian yang merusak hati digambarkan seperti ini: semestinya kita yang paling tau keadaan diri kita sendiri, misalnya “aku ini tidak terlalu dermawan, aku ini biasa-biasa saja”, namun karena banyak yang memuji ”kau ini dermawan”, maka hati ini akan berubah ”oiya aku ini dermawan”, nah itulah pujian yang merusak hati. Yang semestinya tau siapa diri kita adalah diri kita sendiri, tapi karena pujian hati bisa berubah (dalam menilai diri kita) sehingga penilaian itu tidak tepat. Maka dari itu jangan suka Madhah (pujian) karena madhah itu sum atau racun.
Jika anda menginginkan jabatan, carilah jabatan yang tinggi yaitu jabatan di sisi Allah yang tidak ada seorang pun yang dapat menanggalkan jabatan tersebut. Meskipun kita tidak memiliki kedudukan apa-apa dihadapan manusia, bukan masalah, yang terpenting kita memiliki jabatan yang tinggi dihadapan Allah. Dikatakan manusia itu ”laa yadhurruk wa laa yanfa’uk” manusia itu tidak dapat memberi mudhorot (kerugian) juga tidak dapat memberi manfaat kepada kita, maka dari itu untuk apa kita mencari kedudukan dihadapan manusia. Maka dari itu mintalah kedudukan disisi Allah SWT.
Untuk menghilangkan sifat cinta kedudukan ini butuh mujahadah karena sulitnya menghilangkan sifat tersebut dari dalam diri manusia. Ulama’ mengatakan sifat buruk terakhir yang dikeluarkan dari hati para wali Allah adalah cinta kedudukan. Jadi ini adalah hal yang sulit, tapi tidak berarti kita tidak bisa mencapainya.
Semoga artikel ini menjadi bahan renungan bagi kita semua amin Ya Robbal a’lamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar