Rabu, 07 Desember 2011

RIWAYAT KHIRQAH SAYYIDINA AL-FAQIH RA.

Definisi Al-Khirqah menurut As-Syech Muhyiddin Ibn Al-‘Araby Ra didalam Kitabnya “Al-Futuhat”adalah:
“Perlambang dari persahabatan, Ta‘addub dan Takhalluq”
Selanjutnya Qaul Ibn Al-‘Araby ini dikomentari oleh Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Hasan Al-Athas Ra:
“Sedangkan (kain) Khirqahnya sendiri (secara Majazi) terkadang memang tidak mesti dari Rasul Allah SAW secara langsung, Al-Libas itu sendiri sebenarnya adalah simbol dari Al-Libas yang Haqiqi yaitu Al-Libas At-Taqwa, telah menjadi kebiasaan dari para Wali Ash-Hab Al-Ahwal ,bilamana mereka mendapati kekurangan pada diri mereka maka merekapun akan mencari seorang guru atau Syech dari Jama’ah mereka untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan Lahiriyah maupun Bathyniyah pada diri mereka, dan bilamana segala kekurangan tersebut telah sempurna, maka merekapun diberikan “Al-Libas” sebagai simbol untuk penyempurnaan lebih lanjut, inilah Al-Libas yang dikenal dikalangan kita sebagaimana Nash Al-Manqul dari para Ulama’-ulama’ Ahli Haqeqat”

Khirqah para Wali mempunyai nilai prestise tinggi bagi masing-masing Wali yang bersangkutan, begitu pula Al-Khirqah Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra mempunyai satu nilai keistimewaan yang telah melampaui dimensi pemikiran orang-orang yang dikatakan oleh kaum Sufi sebagai “Ahli Al-Khawwash”, Khirqah yang beliau terima adalah Khirqah “Imamah Qutb Al-Kubra” yang merupakan perlambang dari “pangkat kepemimpinan tertinggi bagi para Wali dimasa itu”. Khirqah ini beliau terima dari As-Syech Al-Kabir Al-Qutb Al-Syahir “Abu Madyan” Syu’aib bin Abu Al-Husain At-Tilamisany Al-Maghriby , perlu pembaca ketahui Khirqah ini diberikan kepada Sayyidina Al-Faqih Ra bukanlah dengan kebetulan dan bukan pula karena permintaan beliau, tapi Khirqah ini diberikan kepada Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra sesuai dengan Isyarah dari Ri’ayah Ilahiyah.

Mengenai kebesaran serta keutamaan As-Syech Abu Madyan, bisa kita bayangkan sekilas, berdasarkan perkataan As-Syech Ali As-Sakran, kata beliau:
“As-Syech Abu Madyan adalah seorang “Pemimpin” para wali pada zamannya yang telah dizhohirkan oleh Allah SWT pada dirinya keajaiban-keajaiban sebagai tanda kebesaran-Nya, dan telah tersibak baginya rahasia-rahasia keghaiban dan namanya telah termasyhur di seluruh penjuru Negeri”.
Dari Tarbiyah beliau, telah banyak lahir ulama-ulama besar, nama beliau sangat termasyhur dengan ketinggian Ilmunya sehingga banyak tokoh-tokoh Tasawwuf terkemuka yang meminta pengajaran dan fatwa-fatwa beliau; beliau sangat disegani dikalangan para Ulama’ dan Masyaikh-Masyaikh dari seluruh Mazhab Thariqah.

Berkaitan mengenai Riwayat Khirqah Sayyidina Al-Faqih, diceritakan bahwa telah datang seorang Darwiys dari Syam (Syria) yang bernama Fadl menemui beliau (Sayyidina Al-Faqih Ra), Darwisy tersebut berkata kepada Sayyidina Al-Faqih:
“Tidaklah aku datang (ke Tarim) kecuali semata-mata untuk menemuimu, tetapi aku mendapati As-Syech Abdurrahman Al-Maq’ad sedang bermukim di dalam hatimu. Jika berkumpul seluruh orang dari barat dan Timur untuk mengeluarkan dia dari hatimu maka tidak akan ada yang sanggup, bilamana ia telah datang kepadamu, perhatikanlah urusannya ia hanyalah seorang Muhtasab sedangkan engkau adalah seorang wali yang telah mempunyai nisbah”.
Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam bertanya:
“Apakah yang engkau maksud dengan nisbah?”
Darwisy tersebut menjawab: “Sidrah Al-Muntaha”.
Tak lama berselang setelah peristiwa datangnya Darwisy tersebut, dengan Qudrah dan Iradah Allah SWT, As-Syech Al-Kabir Al-Qutb Abu Madyan Syu’aib bin Abu Hasan At-Tilmisaniy Al-Maghriby yang pada saat itu sedang berada di Tilmisan Al-Jazair mengutus muridnya yang bernama As-Syech Abdurrahman bin Muhammad Al-Maq’ad seraya bertitah:
“Sesungguhnya kami mempunyai seorang teman di Hadhramaut (Tarim), pergilah engkau menemuinya, dan pakaikanlah Al-Khirqah kepadanya, sesungguhnya aku melihatmu akan menemu ajal di tengah perjalanan, bilamana hal tersebut akan terjadi, maka titipkanlah (Al-Khirqah) ini kepada orang yang engkau percayai”, kemudian pergilah As-Syech Abdurrahman dari Tilmasan, dengan tujuan ke Hadhramaut, ketika ia sampai di kota Mekkah ia pun mendekati Sakratul maut kemudian ia menyerahkan Khirqah tadi kepada muridnya yaitu As-Syech Abdullah As-Sholeh Al-Maghriby seraya berpesan untuk menyerahkan Al-Khirqah tersebut. Dan beliau mengisyaratkan dengan ke kasyafannya;
“Pada saat engkau masuk ke kota Tarim engkau akan mendapati As-Syech As-Syarif Muhammad bin Ali yang pada saat engkau temui nanti, dikala itu sedang belajar dengan As-Syech Ali Bamarwan, setelah engkau bertemu dengan beliau, lanjutkanlah perjalananmu ke Qoydun dan temui As-Syech Sa’id bin Isa Al-‘Amudy dan berikanlah juga sebagian Khirqah ini kepadanya”.

Tak lama kemudian As-Syech Abdurrahman Al -Maq’ad wafat , lalu pergilah As-Syech Abdullah As Sholeh Al-Maghriby ke Tarim, ketika beliau sampai, ia pun langsung menemui Sayyidina Al-Faqih Muqaddam yang sedang belajar dengan As-Syech Ali Bamarwan persis seperti yang telah dikatakan oleh As-Syech Abdurrahman Al-Maq’ad, ia pun lalu duduk bersama Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam, lalu Sayyidina Al-Faqih Muqaddam (yang telah mengetahui akan khabarnya As-Syech Abdurrahman Al-Maq’ad dari Darwisy yang kami ceritakan tadi), dengan kekasyafan kewalian, bertanya kepada As-Syech Abdullah As-Sholeh dengan bahasa Isyarah:
“Wahai saudara, permata apakah yang engkau bawa yang sedemikian cemerlangnya?”
As-Syech Abdullah As-Sholeh lalu bertanya (dengan maksud menguji):
“Apakah gerangan yang engkau maksud dengan cemerlang?”
Al-Faqih Al-Muqaddam menjawab;
“At-Tahkim Khirqah yang telah dititipkan kepadamu”
Lalu As-Syech Abdullah menceritakan perihal kedatangannya, dari awal sampai akhir lalu titipan “Khirqah” tersebut disambut dan diterima oleh Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam, dari semenjak itu dimulailah perjalanan Suluk beliau menuju Allah SWT, sibuklah Sayyidina Al-Faqih dengan Ibadah Zhahiriyah dan Batiniyah sehingga akhirnya terzhohirlah seluruh perkara-perkara yang Khafiy, dan mulailah Hal beliau sebagaimana Ahwal-nya orang-orang Khawas Al-Khawas, sebagai seorang Sufi dan Wali yang terbesar pada zamannya, beliau mulai menyibukkan diri beliau dengan ber-Taqarrub kepada Allah SWT dalam ber-Uzlah, guna menenggelamkan diri beliau dalam lautan Ma’rifah dan Asrar-Nya yang tak bertepi, dalam Ahwal ‘Asyiq Wal Ma’syuq dengan Rabb nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar