Kamis, 16 Februari 2012

Tangisan Nabi Muhammad SAW

Sebelum membaca postingan ini mari kita membaca sholawat nur“Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad nuuri-kas saari wa madaadikal jaari wajma’nii bihi fi kulli athwaari wa ‘ala alihi wa shahbihi yannuur”
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad, sang cahaya-Mu yang selalu bersinar dan pemberian- Mu yang tak kunjung putus, dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap zaman, serta shalawat untuk keluarganya d an sahabatnya, wahai Sang Cahaya.”

Setiap pohon yang tidak berbuah, seperti pohon pinus dan pohon cemara tumbuh tinggi dan lurus, mengangkat kepalanya ke atas, dan semua cabangnya mengarah ke atas. Sedangkan semua pohon yang berbuah menundukkan kepala mereka, dan cabang-cabang mereka mengembang ke samping. Rasulullah adalah orang yang paling rendah hati, meskipun dia memiliki segala kebajikan dan keutamaan orang-orang dahulu kala dan orang- orang sekarang, dia seperti sebuah pohon yang berbuah. Menurut sebuah riwayat, beliau bersabda," Aku diperintahkan untuk menunjukkan perhatian kepada semua manusia, untuk bersikap baik hati kepada mereka. Tidak ada Nabi yang sedemikian diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh manusia selain aku." Kita tahu bahwa beliau dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah karena lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilempari kotoran ternak. Beliau di hina, dan disiksa dengan keji. Saat beliau berdakwah di Thaif, tak ada yang didapatkan kecuali hinaan dan pengusiran yang keji. Ketika Rasulullah menyadari usaha dakwahnya itu tidak berhasil, beliau memutuskan untuk meninggalkan Thaif.

Tetapi penduduk Thaid tidak membiarkan beliau keluar dengan aman, mereka terus mengganggunya dengan melempari batu dan kata-kata penuh ejekan. Lemparan batu yang mengenai Nabi demikian hebat, sehingga tubuh beliau berlumuran darah. Dalam perjalanan pulang, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjumpai suatu tempat yang dirasa aman dari gangguan orang-orang jahat tersebut. Di sana beliau berdoa begitu mengharukan dan menyayat hati. Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan Nabi, sehingga Allah mengutus malaikat Jibril untuk menemuinya. Setibanya di hadapan Nabi, Jibril memberi salam seraya berkata, "Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan pada orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu." Sambil berkata demikian, Jibril memperlihatkan para malaikat itu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam.

 Kata malaikat itu, "Wahai Rasulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. Jika tuan mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung itu akan mati tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan, kami siap melaksanakannya." Mendengar tawaran malaikat itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, dengan sifat kasih sayangnya berkata,"Walaupun mereka menolak ajaran Islam, saya berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepada- Nya." Ketika Makkah berhasil ditaklukkan, beliau berkata kepada orang-orang yang pernah menyiksanya,"Bagaimanakah menurut kalian, apakah yang akan kulakukan terhadapmu?" Mereka menangis dan berkata," Engkau adalah saudara yang mulia, putra saudara yang mulia."
 Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,"Pergilah kalian! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan.

Rasulullah Dengan Pengemis Buta Yahudi

Disudut pasar Madinah Al-Munawarah , seorang pengemis yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya , Ia selalu berkata : ” Wahai saudaraku , jangan engkau dekati ‘Muhammad’ , dia itu orang gila , dia itu pembohong , dia itu tukang sihir , apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya.” Padahal Setiap pagi ‘Rosulullah’ mendatanginya dengan membawa makanan dan tanpa berkata sepatah kata pun. Bahkan Rosulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis yahudi tersebut , walaupun pengemis tersebut selalu berpesan kepada orang – orang agar jangan mendekati orang yang bernama ‘Muhammad Rosulullah SAW’ dan melakukanya hingga menjelang wafatnya ‘Rosulullah’. Dan setelah wafatnya ‘Rosulullah’ Tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi tersebut. Suatu hari Abubakar r.a , berkunjung kerumah anaknya , Aisyah…Beliau bertanya kepada Aisyah : ” Anakku , adakah sunnah kekasihku (Rosulullah) yang belum aku kerjakan ?” Aisyah menjawab : ” Wahai ayah , engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum Ayah lakukan kecuali satu sunnah saja.” Apakah itu..? Tanya Abu Bakar r.a. Setiap pagi ‘Rosulullah selalu pergi ke ujung pasar , dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi Buta yang berada disana..” Kata Aisyah.

Biodata Habib Zein Bin Ibrahim Bin Sumaith

Habib Zain lahir di ibukota Jakarta pada 1357/1936. Ayahnya, Habib Ibrahim adalah ulama besar di bumi Betawi kala itu. Selain keluarga, lingkungan tempat di mana mereka tinggal pun boleh dikatakan sangat beragama.

Guru-gurunya ialah Habib Muhammad bin Salim bin Hafiz, Habib Umar bin Alwi al-Kaf, al-Allamah al-Sheikh Mahfuz bin Salim, Sheikh Salim Said Bukayyir Bagistan, Habib Salim bin Alwi al-Khird, Habib Ja’far bin Ahmad al-Aydrus, Habib Muhammad al-Haddar (mertuanya) dan ramai lagi. Selanjutnya, pada usia empat belas tahun (1950), ayahnya memberangkatkan Zain ke Hadramaut, tepatnya kota Tarim. Di bumi awliya’ itu Zain tinggal di rumah ayahnya yang telah lama ditinggalkan.

Menyadari mahalnya waktu untuk disia-siakan, Zain berguru kepada sejumlah ulama setempat, berpindah dari madrasah satu ke madrasah lainnya, hingga pada akhirnya mengkhususkan belajar di ribath Tarim. Di pesantren ini nampaknya Zain merasa cocok dengan keinginannya. Di sana ia memperdalam ilmu agama, antara lain mengaji kitab ringkasan (mukhtashar) dalam bidang fikih kepada Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz. Di bawah asuhan Habib Muhammad pula, Zain berhasil menghafalkan kitab fikih buah karya Imam Ibn Ruslan, “Zubad”, dan “Al-Irsyad” karya Asy-Syarraf Ibn al-Muqri. Tak cukup di situ, Zain belajar kitab “Al-Minhaj” yang disusun oleh Habib Muhammad sendiri, menghapal bait-bait (nazham) “Hadiyyahas-Shadiq” k arya Habib Abdullah bin Husain bin Thahir dan lainnya. Dalam penyampaiannya, di Tarim beliau sempat berguru kepada sejumlah ulama besar. Seperti Habib Umar bin Alwi al-Kaf, Syekh Salim Sa’id Bukhayyir Bagitsan, Habib Salim bin Alwi al-Khird, Syekh Fadhl bin Muhammad Bafadhl, Habib Abdurrahman bin Hamid as-Sirri, Habib Ja’far bin Ahmad al-Aydrus, Habib Ibrahim bin Umar bin Agil dan Habib Abubakar al-Atthas bin Abdullah al-Habsyi.

Adab Mencari Ilmu

Habib Zain bin Ibrahim bin Sumait dengan ketajaman analisa dan penanya, mementaskan lima adab bagi pencari ilmu. 
Adab pertama bagi seorang pencari ilmu ialah menyucikan hati dari segala pelanggaran- pelanggaran yang dimurkai Allah. Imam Nawawi dalam mukadiman Syarh Al- Muhadzdzab berkata: “Seyogyanya bagi seorang penuntut ilmu menyucikan hatinya dari kotoran- kotoran sehingga ia layak menerima ilmu, menghafal, dan memanfaatkannya” Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad memberi perumpaan yang sungguh indah tentang hati yang kotor. Beliau mengatakan jika seseorang datang dengan membawa sebuah wadah kotor untuk diisi madu di dalamnya, maka orang yang akan membeli madu tersebut pasti akan berkata, “Cucilah terlebih dahulu wadah yang kotor ini, baru kamu isi dengan madu.” Kata Imam Abdullah, “Dalam masalah dunia saja, wadah yang kotor perlu dibersihkan, maka bagaimana rahasia-rahasia ilmu Allah dapat terwadahi jika diletakkan di dalam hati-hati yang dekil?” Adab pertama ini merupakan langkah awal bagi para pencari ilmu, tak terkecuali para guru, untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang malah menjadi penghalang masuknya ilmu dalam sanubari.

Raja dan Ekor Udang

"Di dalam kitab ihya' ulumudin di ceritakan, bahawa ada dua raja yang berbeda sifatnya satu sama lain, raja yang satu baik,sholeh dan yang satunya lagi dzholim kepada rakyatnya.

pada suatu ketika raja yang dzholim tsb sakit, sudah di obati beberapa dokter tapi penyakitnya tak kunjung sembuh, kemudian para dokter melakukan musyawarah, tentang bagaimana cara menyembuhkan penyakit raja tsb. Akhirnya
mereka sepakat bahwasannya raja tsb bisa sembuh jika memakan ekor udang. Namun pada saat itu bukan musim udang, seluruh udang sedang masuk ke dasar laut. Sang raja tak patah arang, dia mengadakan sayembara, untuk mencari ekor udang, dan jika ada yang mampu mendapatkannya, maka akan diberikan hadiah. Setelah kabar tersebut sampai kepada para nelayan, merekapun berangkat melaut untuk mencari udang, dan subhanallah, meskipun saat itu bukan musim udang, tapi nelayan-nelayan tersebut mendapatkan tangkapan yang begitu melimpah.

Syekh Berbaju Putih

Malik bin dinar, seorang muslim yg meski beribadah tapi maksiat juga jalan. Ia mempunyai seorang anak gadis yg meninggal waktu berusia 2 tahun.

Suatu ketika ia mabuk dan tertidur kemudian bermimpi. Ia bermimpi hari kiamat telah tiba dan ia dibangkitkan dari kubur. Tiba2 ada seekor ular besar menyerbu kearahnya shg ia lari dg kencang, di tengah jalan ia bertemu dg syekh berpakaian putih. ia meminta tolong pd syekh tsb, tp syekh tsb mengaku lemah dan tidak mampu menolongnya. Ia terus lari menuju bukit dan akhirnya ia ditolong oleh seorang gadis kecil yg ternyata anaknya.

Ia bercerita kpd anaknya tentang ular dan syekh tsb. Anaknya menjelaskan ular besar tsb adalah jelmaan kemaksiatan yg selama ini dilakukan ayahnya, dan ular tsb yg akan menggiringnya masuk neraka. Sedangkan syekh tsb adalah amalan saleh ayahnya yg sedikit shg tidak mampu menolong..

Malik pun terbangun, ia langsung memecahkan semua botol miras dan bertobat kpd Allah swt. akhirnya ia menjadi alim dan sufi ternama.

Seorang Murid Yang Ingin Bermimpi Nabi

Seorang murid berjalan menuju rumah syaikhnya. Tampak di wajahnya sedang menginginkan sesuatu. Ketika sampai di rumah syaikhnya, dia duduk bersimpuh beradab di hadapan sang syaikh tak bergeming sedikitpun. Kemudian dengan wajah dan suara yang berwibawa itu, bertanyalah syaikh kepada muridnya,

“Apakah yang membuatmu datang kepadaku di tengah malam begini?”

Dijawabnya dengan suara yang halus,

“Wahai syaikh, sudah lama aku ingin melihat wajah Nabiku SAW walau hanya lewat mimpi, tetapi keinginanku belum terkabul juga.”

“Ooh…itu rupanya yang kau inginkan. Tunggu sebentar,” jawab syaikh.

Dia mengeluarkan pena, kemudian menuliskan sesuatu untuk muridnya.

“Ini…bacalah setiap hari sebanyak seribu kali. Insya Allah kau akan bertemu dengan Nabimu.”

Pulanglah murid membawa catatan dari sang syaikh dengan penuh harapan ia akan bertemu dengan Nabi SAW.

Tetapi setelah beberapa minggu kembalilah murid ke rumah syaikhnya memberitahukan bahwa bacaan yang diberikannya tidak berpengaruh apa-apa. Kemudian syaikh memberikan bacaan baru untuk dicobanya lagi.

Sayangnya beberapa minggu setelah itu muridnya kembali lagi memberitahukan kejadian yang sama. Setelah berdiam beberapa saat, berkatalah sang syaikh,

“Nanti malam engkau datang ke rumahku untuk aku undang makan malam.”